Terjemah Bidayatul Mujtahid

Terjemah Bidayatul Mujtahid

kitab "bidayatul mujtahid" di tulis oleh

Daftar Isi

1. kitab "bidayatul mujtahid" di tulis oleh


Mapel : PPKn
Bab : Pengarang kitab

Jawaban :

Kitab " Bidayatul Mujtahid " ditulis oleh Ibnu Rusyd

2. berisi tentang apa kitab bidayatul mujtahid


kitab bidayatul mujtahid dan nihayatul muqtasid adalah kitab karangan ibnu rusyd tentang kitab fiqih mazahibul arba'kitab bidayatul mujtahid berisi tentang kajian hukum islam dari berbagai aliran pemikiran dan madzab.

3. Isi kitab bidayatul mujtahid


arab,makhroj,tajwid,hadistentah aku tak tahu......

4. Buku Karya Ibnu Ruayid yang ditujukanuntuk membantah pendapat al Gazalitentang kerancauan berpikir para filsufberjudula Bidayatul Mujtahidb. Mawasid alalasiyahc. Ihya' Ulumudind. Tahafut alfalasifah​


Jawaban:

ini Inggris bukan indo


5. sengarang ketab bidayatul hidayah​


Imam Al-Ghazali, Lengkapnya Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali


6. orang-orang yang terkenal sebagai mujtahid mutlak atau (mujtahid yang murni) banyak jumlahnya diantaranya yang sangat terkenal ialah?


mujtahid yg sangat terkenal antaralain

➡️Imam Abu hanifah (imam hanafi)
➡️Imam Malik bin annas (imam maliki)
➡️Muhammad bin idris as syafi'i (imam syafi'i)
➡️imam Ahmad bin hanbal (imam hanbali)
➡️Imam Ja'far as Siddiq (imam Ja'far)Pembahasan: Mujtahid adalah Meraka yang mencurahkan kesungguhan kesungguhan dalam kemampuan terhadap hukum syara

Mujtahid yang terkenal diantaranya
Imam Abu Hanifah (Bin Tsabit)
Imam Malik (Malik bin Anas bin Malik )
Imam Syafi'i ( Muhammad bin Idris )
Al Hambali ( Ahmad bin Muhammad bin hambal)

7. Berisi tentang apa kitab Bidayatul Mujtahid? minta penjelasan nya dong guys


Nama Kitab

Nama lengkap kitab ini adalah Bidayah Al Mujtahid Wa Nihayah Al Muqtashid.

Penulis

Mualif kitab ini adalah Ibnu Rusyd atau yang lebih dikenal dengan Averroes dalam literatur barat. Nama lengkapnya adalah : Muhammad bin Ahmad bin Muhammad ibnu Rusyd Al Qurtuby, Al Andalusy, Al Maliky. Kunyah beliau adalah Abu Walid. Beliau memiliki banyak gelar dan panggilan akrab, hal ini karena “kesaktian” beliau dalam berbagai disiplin ilmu, diantaranya : Al Hakim, Al Faqih, At Tabib, Al Failusuf dan Al Qodli Ibnu Rusyd Al Hafidh.

Beliau lahir di Cordoba Andalusia (Spanyol), mantan jajahan islam di masa lalu pada tahun 520 H (1126 M) pada masa daulah Al Muwahhidin. Beliau wafat di Marrakisy pada 9 Shofar 595 H (1198 M).

Riwayat pendidikan beliau dimulai dilingkungan keluarganya sendiri yang dikenal sebagai ahli ilmu, bahkan kakeknya adalah salah seorang fuqoha Malikiyah dan seorang hakim terkenal di Cordoba. Beliau menghafal kitab Muwatho’ –sebuah masterpriece dari Imam Malik, madzhab yang dianut mayoritas penduduk Spanyol masa islam– dihadapan ayahnya.

Dikenal sebagai seorang yang selalu haus akan ilmu pengetahuan, beliau belajar fiqih kepada Al Hafidh Al Faqih Abu Mahammad bin Rizq, Abu Ja’far bin ‘Abdul ‘Aziz, Abu ‘Abdillah Al Maziny. Untuk ilmu kedokteran beliau belajar kepada Abu Marwan Al Balnasy. Sedangkan ilmu yang mengankat namanya dikalangan ilmuan barat yaitu filsafat atau ilmu hikmah, beliau belajar kepada Abu Ja’far Harun.

Selain itu beliau juga dikenal sebagai pribadi agung yang mencerminkan seorang ‘ulama besar dengan keandhap asorannya, kecerdasan yang mengagumkan, analisis yang akurat, kukuh dalam berpendapt tanpa mau mengikuti pendapat orang lain, inofatif sesuai dengan pendiriannya yang menganggap pintu ijtihad masih terbuka.

Beliau selalu belajar dan belajar sehingga diceritakan, bahwa beliau semenjak ndolor sampai beliau wafat tidak pernah meninggalkan belajar kecuali pada malam kematian ayahnya dan pada malam dimana beliau beribadah hanya dengan istrinya.

Beliau memiliki banyak karangan dalam berbagai disiplin ilmu, diantaranya :
Bidang fisafat : Tahafutut Tahafut, At Tahshil, Al Muqoddimat
Bidang kedokteran : Al Kulliyat
Bidang gramatikal arab (Nahwu) : Adloruri fi Al Nahwi
Bidang ushul fiqh : Muhtashorul Mustashfa
Bidang fiqih : Bidayatul Mujtahid Wa Nihayatul Muqtashid (kitab yang sekarang sedang kita bahas)
Dan disiplin ilmu lain, seperti : Al Hayawan (bidang fauna), Al Masail, Jawami’u Kutubi Aristoteles, Talkhishu Kutubu Aristoteles, Ilmu Ma Ba’da Tabi’ah, Syarh Arjuzatui Ibnu Sina, Talkhishu Kitabi Al Nafsi, Risalah Harokatul Falak (bidang astronomi) dan banyak kitab lainnya.

Sitematika Penulisan Kitab

Kitab ini sebagai mana kitab-kitab fiqih lainnya dalam bahasannya meliputi : Ibadah, Mu’amalah dan Jinayah. Kitab ini hanya terdiri dari satu jilid besar dan terbagi dalam dua juz. Pada juz pertama berisi pembahasan tentang ibadah, dimulai Kitab At Thoharoh sampai kitab Al Atimah wa Al Asyribah. Sedangkan pada juz kedua dimulai Kitab An Nikah sampai Kitab Al Aqdiyah.

Kedua juz tersebut berisi Aqwal Aimmah semenjak masa shahabat sampai masa itu, dengan dilandasi dalil naqli maupun aqli dari berbagai madzhab, metode istimbat hukum dan penjelasan ilatnya. Mula-mula beliau memaparkan qaul madzhab yang dipeluknya (malikiyah) beserta dalil, istidlal sekaligus wajh istidlalnya, lalu diikuti aqwal aimmah lain dengan metode yang sama sebelum beliau mentarjihnya (kalau perlu).

Secara rinci, pembahasan permasalahan umum dirumuskan dalam apa yang disebut dengan kitab, kemudian diperjelas dengan Bab sesuai sub darinya, yang berisi beberapa Fasal yang jumlahnya fariatif menurut pembahasannya, dilanjutkan dengan Masalah.

Karakteristik Kitab

Kerakteristik kitab ini dapat dirumuskan menjadi dua hal yaitu : kelebihan dan kekurangan (kita).

Kelebihan kitab ini adalah :

Metode yang digunakan dalam menampilkan khilaf antara para mujtahid menjadikan khilaf yang terjadi bisa dianggap wajar.

8. Bandingkan berdasarkan tingkatan mujtahid antara mujtahid mutlak dengan mujtahid mutasib !


Jawaban:

Tingkatan-tingkatan Mujtahid Fiqih

Menurut Ustadz Ahmad Sarwat dalam Seri Fiqih dan Kehidupan, seseorang layaknya mengetahui tingkatan-tingkatan ahli fiqh ketika mengambil salah satu fatwa atau pendapat dalam masalah fiqh, agar bisa membedakan antara pendapatpendapat yang bertentangan. Kemudian mentarjih atau menguatkan salah satu dari pendapat-pendapat itu.

Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Fiqh Al Islami wa Adilatuhu menyebutkan 6 tingkatan mujtahid fiqih yang ada, tambahan 1 peringkat oleh Ibnu Abidin:

1. Mujtahid Muthlaq Mustaqil (Mujtahid Independen).

Seorang mujtahid mustaqil memiliki kemampuan untuk membuat kaidah-kaidah fikih berdasarkan kesimpulan terhadap perenungan dalil Al Quran dan Sunah. Selanjutnya, kaidah-kaidah ini digunakan sebagai landasan dalam membangun pendapatnya. Di antara ulama yang telah mencapai derajat mujtahid mustaqil adalah para imam mazhab yang empat.

Menurut Ustadz Ahmad Sarwat, level mujtahid seperti ini amat jarang kita temukan. Sepanjang sejarah, jumlah mereka kurang lebih hanya sekitar 10-an orang saja. Dan sayangnya, tidak semua mazhab mereka kekal di atas bumi ini. Kebanyakannya mati dan hilang begitu saja ditelan sejarah.

Ibnu Abidin menamakan tingkatan ini dengan, tingkatan Mujtahid dari segi Syari’at.

2. Mujtahid Mutlaq Ghairu Mustaqil (Mujtahid Muthlaq yang Tidak Berijtihad Sendiri)

Mereka adalah orang yang telah memenuhi persyaratan dalam berijtihad secara independen, namun mereka belum membangun kaidah sendiri tetapi hanya mengikuti metode imam mazhab dalam berijtihad. Mereka memiliki kemampuan menetapkan hukum dari beberapa dalil sesuai dengan kaidah yang ditetapkan pemimpin mazhab. Bisa jadi, mereka berselisih pendapat dalam beberapa masalah yang terperinci di bidang fikih, namun secara prinsip, mereka mengikuti imam mazhab.

Contohnya, para murid imam mazhab, seperti Abu Yusuf dan Muhammad bin Hasan Asy Syaibani, yang keduanya adalah murid senior Imam Abu Hanifah. Kemudian Ibnul Qasim, Al Asyhab, dan Ibnul Majisyun, yang merupakan ulama mujtahid dalam Mazhab Maliki. Sedangkan mujtahid mutlaq dari Mazhab Syafii misalnya Al Muzanni dan Yusuf bin Yahya Al Buwaithi. Sementara, mujtahid mutlaq dari Mazhab Hambali misalnya Imam Abu Bakr Al Atsram dan Al Marudzi.

Inilah yang Ibnu Abidin namakan, tingkatan Mujtahid dalam Madzhab. Dua tingkatan mujtahid di atas sudah tidak ada pada zaman sekarang.

3. Mujatahid Muqayyad (Mujtahid Terikat).

Mereka adalah kelompok ulama mujtahid yang memiliki kemampuan untuk mengkiaskan keterangan-keterangan yang disampaikan oleh imam mazhab, untuk memecahkan permasalahan baru yang tidak terdapat dalam keterangan-keterangan ulama mazhab. Pendapat hasil ijtihad ulama pada tingkatan ini disebut dengan “al wajh”. Terkadang, dalam satu mazhab, para ulama dalam mazhab tersebut berbeda pendapat, sehingga sering dijumpai dalam penjelasan di buku fikih, pada suatu permasalahan terdapat sekian wajh. Artinya, dalam permasalahan itu terdapat sekian pendapat dalam mazhab tersebut.

Di antara ulama yang berada di tingkatan ini adalah adalah Imam Ath Thahawi, Al Kurkhi, dan As Sarkhasi, yang semuanya merupakan ulama dari Mazhab Hanafi. Sementara mujtahid muqayyad dari Mazhab Maliki di antaranya adalah Al Abhari dan Ibnu Abi Zaid Al Qairuwani. Sedangkan mujtahid dari kalangan Mazhab Syafi’i adalah Abu Ishaq Asy Syirazi, Ibnu Khuzaimah, dan Muhammad bin Jarir. Adapun dari kalangan Mazhab Hambali, di antaranya adalah Al Qadhi Abu Ya’la dan Al Qadhi Abu Ali bin Abu Musa rahimahumullah.

Mereka semua disebut para Imam Al Wujuh, karena mereka dapat meyimpulkan suatu hukum yang tidak ada nashnya dalam kitab madzhab mereka, dinamakan Wajhan dalam madzhab (satu segi dalam madzhab) atau satu pendapat dalam madzhab, mereka berpegang kepada madzhab bukan kepada Imamnya (gurunya), hal ini tersebar dalam dua madzhab yaitu, Asy Syafi’iyah dan Al Hanabalah. Demikian dikutip dari Seri Fiqih dan Kehidupan.

4. Mujtahid Takhrij

Jumhur ulama tidak membedakan antara mujtahid muqayyad dengan mujtahid takhrij, sedangkan Ibnu Abidin meletakkan thabaqat mujtahid takhrij di tempat keempat setelah mujtahid muqayyad dengan memberi contoh Ar Razi Al Jashash (meninggal 370 H) dan yang setingkat dengannya.

Mereka adalah deretan ulama yang men-takhrij beberapa pendapat dalam mazhab. Kemampuan mereka dalam menguasai prinsip dan pengetahuan mereka dalam memahami landasan mazhab telah menjadi bekal bagi mereka untuk menguatkan salah satu pendapat.

5. Mujtahid Tarjih

Mereka adalah kelompok mujtahid yang memiliki kemampuan memilih pendapat yang lebih benar dan lebih kuat, ketika terdapat perbedaan pendapat, baik perbedaan antara imam mazhab atau perbedaan antara imam dengan muridnya dalam satu mazhab.

Di antara ulama yang mencapai jenjang ini adalah Imam Al Marghinani dan Abul Hasan Al Qaduri dari Mazhab Hanafi, Imam Khalil bin Ishaq Al Jundi dari Mazhab Maliki, Ar Rafi’i dan An Nawawi dari Mazhab Syafi’i, serta Imam Al Mardawi dari kalangan Mazhab Hambali.

Penjelasan:

semoga membantu


9. Berisi tentang apa kitab Bidayatul Muttajid???


tentang Fiqih muqaranah (fiqih perbandingan madzhab) 
berisi berbagai macam permasalahan agama, baik masalah fiqih ataupun non fiqih, yang dirangkai secara sistematis. Setiap permasalahan diuraikan berdasarkan pendapat para ulama, khususnya imam mazhab yang empat, dan beberapa ulama lainnya. Dinamakan dengan Bidayatul Mujtahid, karena kitab ini penting dipelajari oleh setiap orang yang ingin menekuni berbagai macam permasalahan agama.

Semoga membantu

10. Kenapa hasil Ijtihad Mujtahid yang satu bisa berbeda dengan Mujtahid yang lainnya?​


Jawaban:

karena setiap orang pasti mempunyai pendapat yang berbeda2,dan mengambil dalil yang berbeda2 untuk argumennya


11. Mengapa mujtahid mutlak dikatakan sebagai mujtahid yang paling tinggi?​


Jawaban:

karena mujtahid mutlak merupakan tingkatan fuqaha yang paling tinggi. Seorang Mujtahid Mutlak memiliki kemampuan untuk menetapkan kaedah-kaedah fiqh berdasarkan kesimpulan terhadap penelitian dalil Al Quran dan Sunnah. Selanjutnya, kaedah-kaedah ini digunakan sebagai landasan dalam membina pendapatnya. Diantara ulama yang telah mencapai darjat Mujtahid Mutlak adalah para Imam mazhab yang empat.


12. Tidak sembarang dapat menjadi seorang mujtahid. Pernyataan berikut yang bukan termasuk syarat menjadi mujtahid adalah mengetahui ..​


Jawaban:

Seluk beluk bahasa arab

Penjelasan:

mamah papah ku sayang sama aku dan aku pinter bahasa arab,تنين nilai agamaku dapat 98

yang suka panjik laik

yang suka perih payer komen

yang suka emelek sharek


13. Biografi ulama yang mengarang kitab bidayatul mujtahid


Mualif kitab ini adalah Ibnu Rusyd atau yang lebih dikenal dengan Averroes dalam literatur barat. Nama lengkapnya adalah : Muhammad bin Ahmad bin Muhammad ibnu Rusyd Al Qurtuby, Al Andalusy, Al Maliky. Kunyah beliau adalah Abu Walid. Beliau memiliki banyak gelar dan panggilan akrab, hal ini karena “kesaktian” beliau dalam berbagai disiplin ilmu, diantaranya : Al Hakim, Al Faqih, At Tabib, Al Failusuf dan Al Qodli Ibnu Rusyd Al Hafidh.

Beliau lahir di Cordoba Andalusia (Spanyol), mantan jajahan islam di masa lalu pada tahun 520 H (1126 M) pada masa daulah Al Muwahhidin. Beliau wafat di Marrakisy pada 9 Shofar 595 H (1198 M).

Riwayat pendidikan beliau dimulai dilingkungan keluarganya sendiri yang dikenal sebagai ahli ilmu, bahkan kakeknya adalah salah seorang fuqoha Malikiyah dan seorang hakim terkenal di Cordoba. Beliau menghafal kitab Muwatho’ –sebuah masterpriece dari Imam Malik, madzhab yang dianut mayoritas penduduk Spanyol masa islam– dihadapan ayahnya.

Dikenal sebagai seorang yang selalu haus akan ilmu pengetahuan, beliau belajar fiqih kepada Al Hafidh Al Faqih Abu Mahammad bin Rizq, Abu Ja’far bin ‘Abdul ‘Aziz, Abu ‘Abdillah Al Maziny. Untuk ilmu kedokteran beliau belajar kepada Abu Marwan Al Balnasy. Sedangkan ilmu yang mengankat namanya dikalangan ilmuan barat yaitu filsafat atau ilmu hikmah, beliau belajar kepada Abu Ja’far Harun.

Selain itu beliau juga dikenal sebagai pribadi agung yang mencerminkan seorang ‘ulama besar dengan keandhap asorannya, kecerdasan yang mengagumkan, analisis yang akurat, kukuh dalam berpendapt tanpa mau mengikuti pendapat orang lain, inofatif sesuai dengan pendiriannya yang menganggap pintu ijtihad masih terbuka.

Beliau selalu belajar dan belajar sehingga diceritakan, bahwa beliau semenjak ndolor sampai beliau wafat tidak pernah meninggalkan belajar kecuali pada malam kematian ayahnya dan pada malam dimana beliau beribadah hanya dengan istrinya.

Beliau memiliki banyak karangan dalam berbagai disiplin ilmu, diantaranya :
Bidang fisafat : Tahafutut Tahafut, At Tahshil, Al Muqoddimat
Bidang kedokteran : Al Kulliyat
Bidang gramatikal arab (Nahwu) : Adloruri fi Al Nahwi
Bidang ushul fiqh : Muhtashorul Mustashfa
Bidang fiqih : Bidayatul Mujtahid Wa Nihayatul Muqtashid (kitab yang sekarang sedang kita bahas)
Dan disiplin ilmu lain, seperti : Al Hayawan (bidang fauna), Al Masail, Jawami’u Kutubi Aristoteles, Talkhishu Kutubu Aristoteles, Ilmu Ma Ba’da Tabi’ah, Syarh Arjuzatui Ibnu Sina, Talkhishu Kitabi Al Nafsi, Risalah Harokatul Falak (bidang astronomi) dan banyak kitab lainnya.

maaf kalau jawabannya gak tepat

14. Seorang mujtahid yang telah memiliki persyaratan ijtihad yang telah ditentukan lalu ia melakukan ijtihad dalam berbagai hukum syara' dengan berdasarkan kajiannya sendiri tanpa terikat kepada madzhab apapun disebut dengan istilah... a. Mujtahid Muwazzin. b. Mujtahid Murajjih. c. Mujtahid Fatwa. d. Mujtahid Mutlaq. e.Mujtahid Muqayyad.


Jawaban: e. Mujtahid muqayyad

Penjelasan: insyaalloh bener:)


15. Berikut ini adalah bukti otentik yang menguatkan teori Makkah terkait masuknya Islam ke Nusantara ... a. ditemukannya Makam Syaikh Siti Jenar b. ditemukannya Makam Fatimah binti Maimun c. ditemukannya Makam Syaikh Abdul Qadir Jailani d. ditemukannya kitab Bidayatul Mujtahid karya Ibnu Rasyid


Jawaban:

ditemukan makam Syaikh Abdul Qadir jailani

Penjelasan:

semoga membantu


16. Ciri Ciri Mujtahid........


Mapel: PAI
Kelas: SMP


Pembahasan:
Ciri-ciri mujtahid yaitu
1. Beragama islam
2. Baligh
3. Merdeka
4. Lebih mengerti islam
5. Mengenal/mengetahui banyak wawasan al-qur'an

17. 10. Kitab hasil karya Imam Syafii adalaha. Ar-Risalahb.fikih sunahC. Al-Qanun fi al-Tibbd. Bidayatul Mujtahid​


Jawaban:

a Ar risalah

Penjelasan:

#jadikanjawabanterbaij


18. Sebutkan syarat orang yang menyembelih menurut bidayatul karya ibnu rusyd​


Jawaban:

1.Berakal

2.Suci

3.Sudah Baligh

Penjelasan:

Maaf kalau salah

Jawaban:

1).islam

2).laki laki

3).baligh

4).berakal sehat

5).tidak menyia-nyiakan dari orang yang musrik.

Penjelasan:

Ijmak ulama dalam hal penyembelihan hewan:

tidak halal sembelihan dari oang yang musrik.orang musyrik adalah orang yang menyekutukan ALLAH SWT.baik itu beragama islam maupun ali kitab.hal ini sesuai denggan Q.S. al-maidah:3


19. mazhab adalah hukum dalam berbagai masalah yang diambil di Aceh dan dipilih oleh para mujtahid hal demikian dan definisi mujtahid menurut​


Jawaban:

Mujtahid adalah orang yang melakukan ijtihad. Ijtihad berasal dari kata ijtahada-yajtahidu-ijtahadan yang merupakan derivasi dari kata jahada. Secara bahasa, makna nya adalah upaya atau kemampuan

Penjelasan:


20. Imam hanafi, imam maliki, imam syafi'I dan imamhambali adalah ulama-ulama yang mencapaitingkatan mujtahidPilih salah satua Mujtahid Fil Madzhabb. Mujtahid Tarjihc Mujtahid Muntasibd. Mujtahid mutlaqe Mujtahid tasbih​


Jawaban:

a. Mujtahid Fil Madzhab

Penjelasan:

karena mereka berijtihad dalam madzhab mereka


21. Berikut syarat orang yang menyembelih hewanmenurut kitab Bidayatul Mujtahid karya IbnuRusyd, kecuali ....a. laki-lakib. anak laki-lakib.Islamd. balig​


Jawaban:

a

Penjelasan:

maaf klo slh ya :)....

Jawaban:

b. anak laki laki

Penjelasan:

karna anak laki laki yang belum balig tidak boleh melakukan penyembelihan


22. berikut yang bukan syarat penyembelih sesuai dengan kitab bidayatul mujtahid karya ibnu rusyd adalah....a.tidak menyia nyiakan salatb.balig dan berakalc.anak anakd.islamplis jawab ya kak​


Jawaban:

C anak anak

maaf kalo salah


23. Bidayatul mujatahid merupakan karya dari


Ibnu rusyd.
maaf kalau salahBidayatul Mujtahid (Arab: بداية المجتهد و نهاية المقتصد Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid‎) adalah sebuah buku fikih yang membahas tentang fikih perbandingan madzhab. Buku ini ditulis oleh Ibnu Rusyd, dan dianggap sebagai buku yang terbaik dalam masalah penjelasan sebab-sebab perbedaan pendapat di antara para ulama dalam setiap permasalahan fikih. Maaf kalo salah ya:)

24. Bandingkan berdasarkan tingkatan mujtahid antara mujtahid fil mazhab dengan mujtahid dengan mujtahid tarjih !


Jawaban:

Tingkatan-tingkatan Mujtahid Fiqih

Menurut Ustadz Ahmad Sarwat dalam Seri Fiqih dan Kehidupan, seseorang layaknya mengetahui tingkatan-tingkatan ahli fiqh ketika mengambil salah satu fatwa atau pendapat dalam masalah fiqh, agar bisa membedakan antara pendapatpendapat yang bertentangan. Kemudian mentarjih atau menguatkan salah satu dari pendapat-pendapat itu.

Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Fiqh Al Islami wa Adilatuhu menyebutkan 6 tingkatan mujtahid fiqih yang ada, tambahan 1 peringkat oleh Ibnu Abidin:

1. Mujtahid Muthlaq Mustaqil (Mujtahid Independen).

Seorang mujtahid mustaqil memiliki kemampuan untuk membuat kaidah-kaidah fikih berdasarkan kesimpulan terhadap perenungan dalil Al Quran dan Sunah. Selanjutnya, kaidah-kaidah ini digunakan sebagai landasan dalam membangun pendapatnya. Di antara ulama yang telah mencapai derajat mujtahid mustaqil adalah para imam mazhab yang empat.

Menurut Ustadz Ahmad Sarwat, level mujtahid seperti ini amat jarang kita temukan. Sepanjang sejarah, jumlah mereka kurang lebih hanya sekitar 10-an orang saja. Dan sayangnya, tidak semua mazhab mereka kekal di atas bumi ini. Kebanyakannya mati dan hilang begitu saja ditelan sejarah.

Ibnu Abidin menamakan tingkatan ini dengan, tingkatan Mujtahid dari segi Syari’at.

2. Mujtahid Mutlaq Ghairu Mustaqil (Mujtahid Muthlaq yang Tidak Berijtihad Sendiri)

Mereka adalah orang yang telah memenuhi persyaratan dalam berijtihad secara independen, namun mereka belum membangun kaidah sendiri tetapi hanya mengikuti metode imam mazhab dalam berijtihad. Mereka memiliki kemampuan menetapkan hukum dari beberapa dalil sesuai dengan kaidah yang ditetapkan pemimpin mazhab. Bisa jadi, mereka berselisih pendapat dalam beberapa masalah yang terperinci di bidang fikih, namun secara prinsip, mereka mengikuti imam mazhab.

Contohnya, para murid imam mazhab, seperti Abu Yusuf dan Muhammad bin Hasan Asy Syaibani, yang keduanya adalah murid senior Imam Abu Hanifah. Kemudian Ibnul Qasim, Al Asyhab, dan Ibnul Majisyun, yang merupakan ulama mujtahid dalam Mazhab Maliki. Sedangkan mujtahid mutlaq dari Mazhab Syafii misalnya Al Muzanni dan Yusuf bin Yahya Al Buwaithi. Sementara, mujtahid mutlaq dari Mazhab Hambali misalnya Imam Abu Bakr Al Atsram dan Al Marudzi.

Inilah yang Ibnu Abidin namakan, tingkatan Mujtahid dalam Madzhab. Dua tingkatan mujtahid di atas sudah tidak ada pada zaman sekarang.

3. Mujatahid Muqayyad (Mujtahid Terikat).

Mereka adalah kelompok ulama mujtahid yang memiliki kemampuan untuk mengkiaskan keterangan-keterangan yang disampaikan oleh imam mazhab, untuk memecahkan permasalahan baru yang tidak terdapat dalam keterangan-keterangan ulama mazhab. Pendapat hasil ijtihad ulama pada tingkatan ini disebut dengan “al wajh”. Terkadang, dalam satu mazhab, para ulama dalam mazhab tersebut berbeda pendapat, sehingga sering dijumpai dalam penjelasan di buku fikih, pada suatu permasalahan terdapat sekian wajh. Artinya, dalam permasalahan itu terdapat sekian pendapat dalam mazhab tersebut.

Di antara ulama yang berada di tingkatan ini adalah adalah Imam Ath Thahawi, Al Kurkhi, dan As Sarkhasi, yang semuanya merupakan ulama dari Mazhab Hanafi. Sementara mujtahid muqayyad dari Mazhab Maliki di antaranya adalah Al Abhari dan Ibnu Abi Zaid Al Qairuwani. Sedangkan mujtahid dari kalangan Mazhab Syafi’i adalah Abu Ishaq Asy Syirazi, Ibnu Khuzaimah, dan Muhammad bin Jarir. Adapun dari kalangan Mazhab Hambali, di antaranya adalah Al Qadhi Abu Ya’la dan Al Qadhi Abu Ali bin Abu Musa rahimahumullah.

Mereka semua disebut para Imam Al Wujuh, karena mereka dapat meyimpulkan suatu hukum yang tidak ada nashnya dalam kitab madzhab mereka, dinamakan Wajhan dalam madzhab (satu segi dalam madzhab) atau satu pendapat dalam madzhab, mereka berpegang kepada madzhab bukan kepada Imamnya (gurunya), hal ini tersebar dalam dua madzhab yaitu, Asy Syafi’iyah dan Al Hanabalah. Demikian dikutip dari Seri Fiqih dan Kehidupan.

4. Mujtahid Takhrij

Jumhur ulama tidak membedakan antara mujtahid muqayyad dengan mujtahid takhrij, sedangkan Ibnu Abidin meletakkan thabaqat mujtahid takhrij di tempat keempat setelah mujtahid muqayyad dengan memberi contoh Ar Razi Al Jashash (meninggal 370 H) dan yang setingkat dengannya.

Mereka adalah deretan ulama yang men-takhrij beberapa pendapat dalam mazhab. Kemampuan mereka dalam menguasai prinsip dan pengetahuan mereka dalam memahami landasan mazhab telah menjadi bekal bagi mereka untuk menguatkan salah satu pendapat.

5. Mujtahid Tarjih

Mereka adalah kelompok mujtahid yang memiliki kemampuan memilih pendapat yang lebih benar dan lebih kuat, ketika terdapat perbedaan pendapat, baik perbedaan antara imam mazhab atau perbedaan antara imam dengan muridnya dalam satu mazhab.

Di antara ulama yang mencapai jenjang ini adalah Imam Al Marghinani dan Abul Hasan Al Qaduri dari Mazhab Hanafi, Imam Khalil bin Ishaq Al Jundi dari Mazhab Maliki, Ar Rafi’i dan An Nawawi dari Mazhab Syafi’i, serta Imam Al Mardawi dari kalangan Mazhab Hambali.


25. jelaskan perbedaan mujtahid muthlaq dan Mujtahid muntasib​


Jawaban:

Mujtahid Mutlak Mustaqil adalah Mujtahid yang mengaplikasikan kaidah-kaidah yang dirumuskannya sendiri secara independen dan dijadikannya metodologi berpikir dalam proses penggalian hukum Islam.

Nama-nama yang masuk dalam tingkatan ini adalah seluruh fuqaha dari kalangan Sahabat dan beberapa fuqaha’ Tabi’in seperti Sa’id bin al-Musayyib dan Ibrahim an-Nakho’i. berikut juga beberapa Imam Mujtahid seperti Ja’far Shadiq, Abu Hanifah, Malik bin Anas, as-Syafi’I, Ahmad bin Hanbal, al-Awza’i, Sufyan al-Tsauri dan al-Laits bin Sa’ad.

sedangkan Mujtahid Muntasib adalah Mujtahid yang memiliki kemampuan untuk menerapkan kaidah-kaidah, menggali hukum dan memilah ushul-furu’ (asal dan cabang), namun belum bisa merumuskan metode ijtihad sendiri. Mereka masih berada dan mengikuti pedoman metode dari para Imam Mujtahid Mutlak Mustaqil.

Nama-nama yang masuk dalam tingkatan ini semisal Abu Yusuf dan Zafr bin al-Hudzail dari Madzhab Hanafi; Abu al-Qasim dan Asyhab dari Madzhab Maliki; Abu Ya’qub al-Buwaythi dari Madzhab Syafi’I; al-Khiraqi dan Abu Bakr al-Khalal dari Madzhab Hanbali.

Penjelasan:

smoga membantu

maaf klo slh


26. bagi uamt islam yg tergolong mujtahid, tidak terikat oleh hasil ijtihad yg dilkukan oleh mujtahid lain. kedudukan umat islam yg awam terhadap hasil ijtihad oleh seorang mujtahid dalam kehidupan sehari-hari adalah.....a. wajib bertaklid tehadap salah satu hasil ijtihad seorang mujtahidb. wajib muttabi' terhadap salah satu hasil ijtihad seorang mujtahidc. sunah bertaklid terhadap hasil salah satu ijtihad seorang mujtahidd. bebas bertaklid terhadap hasil salah satu ijtihad seorang mujtahide. tidak terikat oleh salah satu hasil ijtihad seorang mujtahid


A. Wajib bertaklid terhadap salah satu hasil ijtihad seorang mujtahid

tapi perlu digaris bawahi disini bahwa mentaklid adalah sebuah kewajiabn. tetapi kita tdk boleh mentalfiq (menggabungkan) 2 hasil ijtihad dari para mujtahid
contohnya kita berwudhu menggunakan cara Imam Syafi'i, tp kemudian menyentuh perempuan ajnabiyah (bukan muhrimnya) lalu langsung sholat krn menurut Imam Hanafi berwudhu dan menyentuh perempuan ajnabiyah wudhunya tdk batal
itu tdk boleh karena kedua Imam Mujtahid tersebut pasti akan menolaknya

27. Apa yang dimaksud dengan mujtahid​


Jawaban:

orang yang melakukan ijtihad

Jawaban:

orang yang melakukan ijtihad

Penjelasan:

Ijtihad adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh, yang sebenarnya bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas dalam Al Quran maupun hadis dengan syarat menggunakan akal sehat dan pertimbangan matang.


28. Sebutkan syarat orang yang menyembelih menurut bidayatul mujtahid karya Ibnu Rusyd​


Jawaban:

Di dalam kitab Bidayatul Mujtahid karya Ibnu Rusyd disebutkan bahwa orang yang boleh menyembelih itu ada 5 syarat :

Islam

Laki-laki

Baligh 4).

Berakal sehat

Tidak menyia-nyiakan shalat

Penjelasan:


29. sebutkan macam² mujtahid​


Jawaban:

tarjih fatha dan banyak kagi

Jawaban:

mustahid mustaqil,muqayadd,tarjih,muntafsih

Penjelasan:

semoga bermanfaat yooo


30. Mujtahid yang tidak terikat dengan Mazhab manapun adalah Mujtahid?​


Jawaban:

murajjih

Penjelasan:

maaf kalo salah


Video Terkait

Kategori ppkn